Daerah  

Kirab Pusaka Mangaran: Doa Bersama untuk Bumi, Warisan Leluhur yang Dihidupkan Kembali

SITUBONDO – Desa Mangaran, Kecamatan Mangaran, menorehkan sejarah baru dalam pelestarian budaya dan spiritualitas lokal. Untuk pertama kalinya, Senin malam (7 Juli 2025), bertepatan dengan 10 Muharram 1447 H, desa ini menggelar Kirab Pusaka dalam rangkaian acara Sademangan: Arokat Bumi Mangaran—sebuah tradisi bersih desa yang sarat makna dan pesan kebersamaan.

Ribuan warga tumpah ruah memenuhi jalanan desa, menyambut prosesi sakral yang membawa simbol-simbol pusaka warisan para leluhur. Gemuruh suara zikir, lantunan sholawat, serta harumnya dupa dan bunga menyatu dalam suasana yang khidmat namun penuh semangat kebersamaan.

Prosesi Sakral, Warisan yang Dihidupkan Kembali

Kirab diawali dengan pengalungan bunga secara simbolis oleh Camat Mangaran Abdul Kadir, S.H., kepada Kepala Desa Mangaran, Lilik Inarno. Momen ini menjadi pembuka jalan bagi prosesi jamasan (pensucian) tiga pusaka utama desa:

Payung Agung,

Gong Gamelan,

Keris dan Tongkat Komando,

yang merupakan peninggalan tokoh spiritual dan pendiri awal desa.

Tak hanya benda pusaka, nama-nama 11 bujuk atau punden desa—termasuk makam Habib Muhammad Al-Muchtar, seorang tokoh wali yang dihormati—disematkan dalam kirab sebagai bentuk penghormatan dan doa terhadap jasa-jasa mereka.

Nuansa Adat dan Spiritualitas Menyatu

Ratusan peserta dari unsur RW/RT, perangkat desa, santri pondok pesantren, hingga tokoh masyarakat berjalan dalam formasi kirab, mengenakan busana adat dan membawa pusaka secara bergiliran. Kirab berputar dari dan kembali ke Lapangan Desa Mangaran, menjadi simbol perputaran kehidupan yang terus dijaga dalam harmoni.

Sepanjang rute, warga dan peserta larut dalam zikir, doa-doa keselamatan, dan harapan agar desa diberkahi rezeki, dijauhkan dari bencana, dan tetap dalam lindungan Allah SWT.

“Roket Bumi Mangaran ini bukan sekadar kirab, tapi doa kolektif untuk keselamatan desa. Ini juga momentum menyambung silaturahmi antarwarga dan memperkuat identitas kita,” ungkap Kades Lilik Inarno.

Baca juga:  Demi Turut Memeriahkan HUT RI dan Hari Pengayoman yang ke 79 Pagi Ini Rutan Situbondo Situbondo Gelar Upacara Pembukaan Pekan Olahraga dan Seni

Dukungan dan Harapan Pengembangan Budaya

Camat Abdul Kadir menyampaikan apresiasi mendalam atas inisiatif ini. Ia berharap di tahun-tahun mendatang, kirab ini bisa diperluas dengan pertunjukan seni dari anak-anak Mangaran. “Ini langkah awal yang sangat baik. Saya yakin, jika dikembangkan, Mangaran bisa menjadi contoh pelestarian budaya di Situbondo,” ujarnya.

Sementara Gus Muhammad, tokoh masyarakat setempat, mengajak seluruh warga untuk tidak hanya berjalan secara fisik, tapi juga menghayati spiritualitas kirab. “Baca zikir Hasbunallah wa ni’mal wakil dalam hati kita, semoga ini jadi penyambung berkah dari langit,” pesannya.

Dampak Sosial dan Ekonomi yang Terasa Nyata

Kirab ini tak hanya menghidupkan budaya, tapi juga menggairahkan ekonomi lokal. Pedagang kaki lima, pelaku UMKM, hingga pengrajin tradisional meraup keuntungan dari membludaknya pengunjung.

Kegiatan bersih desa yang dilaksanakan sebelum dan sesudah acara menunjukkan kesadaran kolektif warga akan pentingnya kebersihan, baik secara lahir maupun batin.

Menuju Tradisi Tahunan dan Identitas Budaya Mangaran

Keberhasilan Kirab Pusaka perdana ini menjadi tonggak penting bagi Desa Mangaran. Harapan masyarakat kini mengarah pada penetapan acara ini sebagai agenda budaya tahunan, yang tak hanya menjaga nilai-nilai warisan leluhur, tetapi juga memperkuat solidaritas dan karakter desa.

Hadir pula sejumlah kepala desa tetangga—dari Tokelan, Semiring, hingga Olean—yang menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian budaya lokal di tengah arus modernisasi.

banner 970250
error: