Headline-news-id Jakarta Senin 1 Mei 2023: Baru Baru ini Terungkap Ada ratusan tahanan di Rutan Salemba yang mau bebas diminta uang oleh oknum petugas yang nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
“Sudah bukan rahasia di Rutan Salemba ini untuk bisa memproses kepulangan terutama sekali program asimilasi dipersulit. Ada besaran yang harus di setor,” kata mantan penghuni Rutan Salemba bernama SM namun kita panggil saja dengan Tulang, kepada redaksi SuaraNasional di kediamannya Batu Ceper Tangerang, Ahad (30/4/2023).
Tulang mengakui, Kepala Rutan Salemba punya komitmen sangat baik dengan mempermudah para tahanan untuk mendapatkan pembebasan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Seperti misalnya tadinya Minta formulir saja dipersulit sekarang sudah bisa mendapatkan formulir PB maupun Asimilasi lewat WA. yang nanti dikirim format PDF nya.
“Masalahnya ada di jajaran teknis yang mengurusi langsung pemulangan tahanan Rutan Salemba,” ungkapnya pria bermarga Batak yang biasa dipanggil Pak Ustadz ini.
Tulang meminta Kepala Rutan Salemba harus sering mendengar aspirasi para warga binaan.
“Proses yang transparan dan terbuka harusnya bisa diterapkan,” jelasnya.
Mantan warga binaan kasus peretasan alias ITE Ferry Harja mengatakan, Sistem Data Pemasyarakatan atau SDP ini sudah cukup baik dan integratif.
“Sistem dibuat untuk manusia. Agar mempercepat atau mampu menginterkoneksi satu sistem dengan kebijakan sehingga hasilnya mampu mengakselerasikan. kinerja. intinya mempermudah dan membuat simple.
Soal memperlambat input kedalam sistem ini kan soal manusianya lagi. memang patut diduga bisa juga motif utamanya adalah agar menjadi celah dan mendapat manfaat dari warga,” paparnya.
Penghuni Rutan Salemba YNK kasus beras diminta setoran Rp 15 sampai Rp 20 juta ketika akan bebas. Begitupun SPK nya berinisal KD.
YNK pernah juga komplain dan meminta balik uang setoran ke oknum petugas Rutan Salemba. Tapi urung sebab setelah diminta dikembalikan justru prosesnya jadi dipercepat.
Saat ini YNK sudah berada di rumah menghirup udara bebas.
Sementara Tim Investigasi Awak Media Sitjenarnews Group mendapatkan informasi tentang prosedur penyetoran uang kepada petugas bila harus cash atau uang tunai biasanya warga binaan meminta keluarga datang membawa uang tunai.
Selanjutnya uang tunai tersebut di deliver kepada Tamping dari petugas yang bersangkutan sehingga seolah tidak serta merta ada bukti si pejabat menerima langsung melainkan lewat perantara antara Warga Binaan dan Tamping.
Disamping itu juga para pejabat ini menjaring melalui calo. Jadi ada warga binaan juga yang memang karena kedekatan tertentu ikut menjaring para warga binaan yang ingin mengurus. motifnya tentu saja selain kedekatan ada persentase tertentu.
Seperti misalnya AG. pria berkulit putih ini salah satu “Kliennya” adalah L. Anak muda yang kena kasus judi online yang menerima vonis 6 bulan namun karena lobi AG ini dan uang antara Rp25 juta hingga Rp30 juta.
L bisa pulang sebulan sebelum waktunya sehingga bisa natalan bersama keluarga di rumah. Redaksi suaranasional masih mengkaji apakah Diskresi macam ini sesuai dengan ketentuan dan aturan perundangan sebab seharusnya vonis 6 bulan ini tidak ada remisi atau pengurangan.
Yang cukup mengejutkan, Tim Investigasi Awak Media ini juga mendapatkan berbagai istilah untuk mendapatkan tiket bebas dengan berbagai tarif di antaranya istilah Jalan Tol Plus.
Istilah ini penjamin fiktif. terima beres (biasanya minimal Rp25 juta sampai Rp50 juta) tergantung kasus bahkan bisa ratusan kalau napi super kaya,” ungkapnya.
Kedua, istilah Jalan Tol Hemat. penjamin keluarga sendri biasanya Rp 10 juta sampai Rp 20 juta, tapi uniknya sekalipun bernama Jalan Tol pada kenyataannya tetap macet dan prosesnya tetap diperlambat.
Biasanya masih diperlambat agar nambah dan nambah begitu modusnya,” papar salah satu informan media ini.
Namun Tim juga mendapatkan fakta baru bahwa angkanya bisa menembus Rp55 juta hingga Rp60 juta perorang bahkan mendapatkan data seperti CH, HH, PM, WB, YN, DB, dan banyak lagi yang sudah menyetorkan lebih dari Rp50 juta tetap juga diperlambat bahkan belum juga bisa pulang.
Sampai berita ini kami tayangkan Tim masih juga sedang berusaha langsung mengkontak sumber-sumber tersebut melalui informan kami lainnya.
Sejak berita yang pertama/Sebelumnya kami tayangkan. rupanya mendapatkan tanggapan beragam bahan informasi ada kepanikan di jajaran teknis juga kami dapat monitor.
Beragam reaksi kami dapatkan dan yang unik pihak Rutan kini berusaha membantah dengan membuat video testimoni kepada para mantan saksi atau mantan warga binaan seolah dalam keadaan terpaksa bahwa didalam Rutan tidak ada pemaksaan dan setoran atau membayar jumlah tertentu untuk proses pengurusan.
Karena kami yakin Sudah menjadi rahasia umum bahwa di penjara itu ada permainan terutama soal registrasi administrasi pendataan warga Pemasyarakatan ini atau SDP.
Dan Sampai dengan saat ini Tim masih terus Berupaya untuk mendapatkan bukti-bukti transfer dari warga binaan yang mengaku pada keluarganya menyetorkan sejumlah uang.
Dan kami sedang memeriksa Rekening-rekening yang biasanya pakai untuk menyetorkan sejumlah dana ke pejabat terkait registrasi ini ke PPATK kami mengharapkan segera mendapatkan hasilnya agar bisa diketahui lebih lanjut transaksi lanjutan dan mutasi dari rekening-rekening tadi bisa jadi hasilnya ada yang mengarah ke pejabat-pejabat terkait dengan registrasi ini.
(Red/Tim-Biro Sitjenarnews Group)