Headline-news.id Situbondo Jatim Minggu 1 September 2024: Seperti kita Ketahui bersama, Penjara merupakan tempat terasing dan sangat tertutup sehingga banyak orang yang sangat penasaran dan sangat ingin tahu dengan kehidupan yang ada di dalam penjara. Barang Tentu bagi kebanyakan narapidana, berada di penjara itu adalah hal yang cukup membosankan karena hubungan mereka dibatasi dari dunia luar. Namun, tak sedikit juga napi yang menganggap kehidupan di dalam penjara itu menyenangkan dan tidak buruk-buruk amat. Misalnya, Kata salah seorang napi yang baru 12 hari lalu Bebas dari Rutan Kelas IIB Situbondo Karena kasus Kriminalisasi. akibat Gaya Frontal nya di dalam Pergerakan dengan memimpin Lembaga Swadaya Masyarakat Berserta sayap Medianya. Yaitu Eko Febrianto. Seperti diketahui Eko Febrianto atau yang kerap disapa Eko Siti Jenar ini. Menjadi Terpidana kasus ITE dengan Pelapor Bupati Situbondo Karna Suswandi pada tahun 2020 lalu. Eko Sempat Menjadi Tersangka di Mapolres Situbondo pada bulan 2 Februari 2021 Silam dan Pernah bergelar DPO pada bulan Maret tanggal 19 tahun 2021. barulah Setelah tanggal 1 Juli 2023 Eko Resmi Menjadi Tahanan Polres Situbondo dan Setelah itu Tahanan Kejaksaan negeri Situbondo dan Menjalani hari harinya di Penjara selama 15 Bulan dari total 2 tahun vonis yang diterimanya. Eko Bebas Tanggal 19 Agustus 2024 Setelah SK Pembebasan Bersyarat dan Hak Remisinya yang dia dapatkan.
Nah Kali ini Minggu Petang 1 September 2024 Tim awak media Sitijenarnews Group Biro Situbondo Jatim Mengupas tuntas tentang bagaimana hidup di dalam penjara oleh nara sumber Ketua Umum LSM SITI JENAR yang Juga Pimpinan Redaksi Sitijenarnews.com dan Headline-news. Id. Saat Awak media Mulai Bertanya ” bolekah Bapak Menjelaskan secara Rinci bagaimana kehidupan yang ada di dalam penjara. Setelah bapak kemarin Menjalani Hukuman Selama 15 Bulan di Rutan Kelas IIB Situbondo.?
Eko Febrianto pun Menjawab, Saya kira dimanapun yang namanya Penjara itu sama yang mana hakikatnya Penjara adalah tempat semua ras, suku, dan agama bergabung menjadi satu. Di dalam sel, semua orang mendapatkan perlakukan yang yang sama. Tak ada lagi Jawa, Batak, atau China. Pun tak ada lagi Islam, Kristen, atau Hindu. Semuanya sama, seperti Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi dasar negara kita ini.
Di dalam penjara semua orang berkedudukan sama, seperti fitrah manusia sesungguhnya. Mereka merasa jika kehidupan akan tetap sama, meski berasal dari agama dan suka apa saja. Secara tidak langsung perilaku akan terkonstruksi untuk saling menghargai dan menghormati. Ya, walau beberapa gelintir tahan masih ada yang nakal. Namun hal ini tak bisa dijadikan dasar untuk men-judge semua tahanan adalah orang yang selalu berperilaku buruk.
Selain itu, di penjara mereka juga dituntut untuk rajin beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Awalnya mereka akan dipaksa, namun lambat laun mereka jadi terbiasa. Dampaknya, akan banyak tahanan yang melakukan kontemplasi diri atau perenungan tentang hal yang telah ia lakukan. Perlahan-lahan ia akan jadi pribadi yang jauh lebih baik saat keluar dari sel-sel mengerikan itu.
Memang gak salah banyak yang beranggapan penjara adalah sarang mafia dan dihuni oleh penjahat yang konon katanya bertampang seram-seram, badan penuh tato, tubuhnya kekar, terus bawaannya pingin berantem.
Begitulah citra penjara yang digambarkan di beberapa Film padahal dan dalam kenyataannya berbeda. Mereka hanya tahu kehidupan penjara dari gambaran film atau cerita seram penjara. Benarkah kenyataan di penjara semengerikan itu.Realita penjara masa kini memang sudah berbeda dengan penjara jaman dulu. Kini lebih manusiawi.
Sebenarnya hal-hal terkait kehidupan penjara tak bisa kita jabarkan jadi hitam dan putih, baik atau buruknya saja. Kehidupan di dalam penjara itu sangat kompleks. Ibarat dunia, penjara adalah kota mini yang isi manusianya sangat beragam. Mulai dari tahanan hingga sipir penjara. Tak selamanya tahanan yang berbuat jahat, bisa jadi oknum pegawai penjaranya yang malah nakal saya kira itu banyak terjadi di beberapa lapas dan Rutan di Indonesia ini.
Walau porsi makanan terbatas dan rasa yang kurang memadai, tapi jatah makan sudah pasti, bahkan daftar menu setiap harinya sudah ditentukan. Kapan menunya telur rebus, tempe atau tahu, daging sapi atau ayam, ikan, sayuran dan seminggu sekali ada ekstrafooding berupa bubur kacang ijo, dapat dipastikan tidak ada yang tidak makan, maka tentu tidak ada yang kelaparan.
Jarang sekali warga binaan yang sakit, bahkan anehnya banyak warga binaan penyakitnya bertahun-tahun diluar justru sembuh saat dipenjara, hal ini dimungkinkan karena selama menjadi warga binaan, tidak ada tempat untuk bermanja-manja dan sikap cengeng lainnya, atau mungkin juga disebabkan pola makanan yang teratur dan tidak berlebihan. Humor candaan warga tentang ini adalah, ”dipenjara itu jarang yang mati, tapi kalau setres banyak”. Ujar Eko Sembari Tertawa dan Menyeruput kopi hitam kesayanganya.
Teruntuk mereka napi Kriminal dan Narkoba Misalnya Memang diakui penjara memberikan kesempatan bertemu dan berintraksi dan bahkan transformasi ilmu Kejahatan sesama Warga Binaan, artinya sangat mungkin, kemampuan “penjahatnya” semakin meningkat setelah yang bersangkutan di Penjara.
Tapi 1 Hal yang perlu di ingat dan kita ketahui bersama. Tidak semua Warga Binaan (Napi) yang bebas dari dalam penjara itu kehidupannya buruk atau bahkan dipandang sebelah mata oleh orang lain, justru jika kita membuka mata lebar, banyak mantan Napi yang kehidupannya sukses dan jauh lebih baik setelah bebas dari penjara, ada yang jadi pengusaha, ada yang jadi pembisnis, dan lain semacamnya.imbuh Eko.
Memang pada Dasarnya, penjara befokus pada dua hal, yakni pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.Pembinaan kepribadian berorientasi pada peningkatan kesadaran narapina akan eksistensi Sang Pencipta yang diharapkan akan membawa mereka ke jalan yang benar. Sedangkan pembinaan kemandirian diharapkan akan meningkatkan kreativitas narapidana sesuai bidang yang mereka kuasai atau minati.
Kedua hal ini diharapkan bisa menjadi modal saat mereka bebas nantinya. Maka, bisa dipastikan waktu narapidana akan banyak dihabiskan di tempat-tempat ibadah, dan ruang bimbingan kerja untuk belajar sekaligus menghasilkan barang atau jasa yang bernilai ekonomi.
Adapun Di luar kegiatan pembinaan itu, narapidana akan memanfaatkan waktu senggang untuk nongkrong bersama narapidana lain, olahraga yang menuntut kolektivitas, bersih-bersih secara gotong royong, bermain catur, nongkrong di perpustakaan atau lapangan, berbincang hangat dengan sesama napi, makan bareng, bersenda gurau, dan segala aktivitas yang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban di dalam penjara.
Semua kegiatan-kegiatan itu akan menjadi hiburan bagi mereka di luar jadwal pelaksanaan program pembinaan yang telah dibuat, walaupun penjara membatasi ruang gerak mereka dari dunia luar. Pada waktu-waktu tertentu, narapidana bebas bergaul dan berinteraksi dengan sesama narapidana lainnya. Jadi, tidak selamanya narapidana akan menghabiskan masa hukumannya dengan meringkuk di dalam sel penjara.
Beberapa kali dalam sepekan, narapidana juga diperbolehkan dikunjungi oleh keluarga dan handai tolan. Penjara memberikan pelayanan dan kesempatan yang demikian.Terkesan sederhana memang, tapi hal itu bisa jadi hiburan tersendiri bagi narapidana ketika bisa menyaksikan air muka, senyum hangat, dan tawa sanak saudara mereka.
Yah, pada intinya kehidupan di penjara dengan serangkaian pembinaannya akan berusaha membentuk kepribadian narapidana yang sebelumnya bengkok, bisa kembali lurus. Setiap penjara punya program masing-masing dan apa yang saya terangkan, berangkat dari pengalaman dan pengamatan saya selama ini.
Saya sendiri meyakini semua orang pada dasarnya baik. Namun, karena lingkungan dan kondisi tertentu, atau kesialan yang datang pada waktu yang tidak tepat, membuat mereka terpaksa harus berakhir di penjara.
Bukannya kebaikan itu lahir dari kebiasaan, kata Aristoteles dalam bukunya Nicomachean Ethics. Meskipun mereka memiliki sikap buruk, tentu dengan sedikit atau banyaknya paksaan melalui program-progam pembinaan yang berlangsung secara berkesinambungan, harapannya program-program itu akan menciptakan sebuah kebiasaan yang secara perlahan mengubah sikap narapidana ke jalan yang lebih baik. Lantas menjadi modal yang bermanfaat bagi mereka nantinya saat bisa kembali menghirup udara bebas.Pungkas Aktivis Anti Korupsi Asal Kota Besuki ini.
Saat ditanya dengan pertanyaan terakhir, Apakah Bapak Tidak dendam dengan Orang yang dulu Memenjarakan anda. Eko pun Menjawab “Saya kira itu adalah Konsekwensi saya sebagai Aktivis yang cukup di kenal frontal dan Serta Selalu Kenceng Tegak lurus Serta anti “Lapan Anam” yaitu kalau saya gak dibunuh ya dicari – cari kesalahan dengan konspirasi licik para pejabat yang berujung dipenjara saya kira itu wajar.tapi satu hal yang mereka lupa. Mereka Memang Bisa Memenjarakan Tubuhku Tapi Tidak dengan Otak dan Idiologi ku. Teriaknya sambil berapi api saat menutup Sesi Wawancara malam ini.
Menurut pantauan awak media Sitijenarnews group Situbondo jatim, Eko Febrianto Sewaktu Berada di Rutan Situbondo Pernah Menghuni Kamar 1 Sewaktu dia menjalani masa tahanan atau diwaktu kasusnya belum tuntas disidangkan selama 2 bulan. Seminggu setelah putusan diketahui beliau menghuni kamar 5 dan Menjadi Kepala kamar disana selama 1 Tahun. Dengan Jumlah Total populasi 50 orang di dalam kamar 5 tersebut. Satu bulan jelang bebas Eko Ditarik ke kamar 9 yaitu kamar khusus tamping dengan berkegiatan menanam Tanaman Hidroponik baik daun Mint. selada dll. Bersama 2 Teman lainnya yaitu Dr. Yudistira ST. MSI Kasus Terpidana PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (“PEN”) dengan Peran Sebagai Konsultan, yang Diketahui kasus tersebut kembali rame pasca beberapa hari lalu Saat Bupati Situbondo Karna Suswandi Ditetapkan sebagai Tersangka oleh KPK yang juga di kasus yang hampir sama. Dalam beraktivitas eko Juga Ditemani oleh Abdul Jalil Yaitu Kades Kayumas Kecamatan Arjasa yang mana dia di penjara Gegara kasus Ilegal Logging Kayu Sonokeling yang menimpanya.
(Red/Tim-Biro Sitijenarnews.Situbondo Jatim)